Yura membuka kulkas di
dapur kosan teman sekampus nya. Ia melihat ada sebuah makanan yang
terbuka. Ia tengok dalamnya, "Oh sosis sisa...." ia mengerutkan dahi
nya, "Sepertinya aku harus makan diluar." Yura menutup kulkas dan
berbalik lalu melangkah. Namun, Ia salah langkah. Ia menginjak sesuatu
seperti kaki seseorang. Ia melihat ke hadapannya.
Ia hampir menabrak seseoarang dihadapannya. Ia hampir menabrak lelaki yang
sedikit lebih tinggi dari dirinya.
"Hm, kau orang baru disini?"
tanya Daffa
Yura
terdiam. Waktu terasa berhenti. "A-ah... Tidak. Aku hanya mencari
makanan..." jawabnya salah tingkah. Ia tidak sadar akan pertanyaan dari
Daffa
Daffa
mundur selangkah dan mengerutkan dahi nya, "Maksudmu?"
Yura
semakin salah tingkah, "Ah tidak. Aku permisi dulu."
Yura segera berlari menuju kamar Rizky. Didapatinya rizky sedang berbaring
pasrah seperti biasa. Rizky melirik kearahnya. Yura hanya bisa tersenyum dan
langsung mengunci pintu.
Daffa kresnanda mengerutkan dahi nya. Ia merasa heran dengan sikap wanita
dihadapannya tadi yang langsung berlari masuk kekamar Rizky. Tentu saja,
perkataan wanita itu sangatlah tidak menyambung.
Ia
membuka kulkas dihadapannya dan mengambil sepotong sosis dalam kotak makanan
didalamnya. Lalu ia kembali melangkah ke meja makan. Ia lahap potongan sosis
itu. "Siapa orang itu ya...." batinnya.
"Kau pasti bertindak ceroboh lagi ya." Tebak Rizky tepat dengan wajah
polos. Ia masih berbaring diatas tempat tidurnya.
"Begitulah...." jawab Yura malu.
Ia
segera duduk diatas kursi belajar milik Rizky. Ia hanya bisa menatap Rizky yang
sedang galau dihadapannya. "Kau kenapa tak cari pacar?"
Rizky terdiam mendengar perkataan itu. Lima
detik kemudian ia shock, "Maksudmu apa?!"
"Sebaiknya
memang tidak usah pacaran. Kau langsung saja menikah."
"...&%}}{§.&”
“Sudah
ya. Aku pergi dulu. Aku akan kembali kesini jika aka pulang nanti.” Yura
menggendong tas nya dan keluar dari kamar.
Rizky
kembali berbaring diatas kasurnya, "Dasar kau, Yura...." gumamnya.
Daffa
merasakan getaran dari arah sakunya. Handphone nya telah bergetar. Ia lihat
display di Handphone nya. Nomor tidak dikenal. Siapa ini? Daffa mengangkat
telepon tersebut. "Hallo."
"Hallo Rizky." sapa
suara disebrang sana.
"Rizky?
Ini siapa?" tanya Daffa mengernyit.
"Ini
aku. Kau seperti kebingungan."
"Ini
Daffa, bukan Rizky. Maaf anda salah sambung.”
Daffa
menghentikan panggilan dari handphone-nya. "Suara nya seperti pernah
kukenal." batinnya.
"Ini aku. Kau seperti kebingungan." Mei mengerutkan dahi nya. Ini
pertama kalinya Rizky bersikap seperti ini.
"Ini Daffa, bukan Rizky. Maaf anda salah sambung." Jawab suara
disebrang sana. Mei terdiam. Ia m elihat kembali display nomor di handphone
nya. "My Fail Husband"
"Bodoh!
Aku salah nomor!" teriaknya histeris. "Apa... Bagaimana ini...."
"Beginilah kecerobohan kak mei...." gumam Ivan mengangguk-angguk.
padahal Ia tidak tahu apapun yang terjadi.
Abang Laksmayutata sudah berdiri di ambang pintu, "Aku pulang ya!"
Ivan
hanya bisa menatap sayu kepergiang abang angkatnya itu. Terkadang Ia berpikir,
Abang nya yang satu itu sangat baik dan perhatian padanya.
Mei buru-buru mengoreksi nomor yang akan dia hubungi. Ia menghubungi orang yang
penting baginya. Sekilas terpikir dalam benaknya, kenapa dia tidak
mengenaliku? dia menghapus nomorku?
Disebrang
sana, Rizky menyadari handphone nya berdering. Namun Ia tidak peduli. Ia tak
ingin membuyarkan lamunan nya hanya karna sebuah telepon.. Ia tidak tahu,
betapa pentingnya telepon itu untuknya.
“Fufufu~ Tak kusangka Nii-chan ku bisa
punya pacar.”
Seorang gadis kecil sedang menyapu di
teras halaman rumahnya. Naomi sesekali membenarkan letak kacamatanya.
Kacamatanya yang agak kebesaran itu selalu saja mengganggu pengelihatannya. Apa
boleh buat, kan, mata nya telah mencapai min 7.
“Naomi!
Kalau ‘dia’ sudah datang, panggil aku!” sebuah suara terdengar lantang
ditelinga Naomi. Ya itu adalah suara milik kakak laki-lakinya, Raffa.
“Ya,
tentu saja!” Naomi pun ikut bangga.
Disebuah
Losmen, Beberapa orang ribut karna Daffa datang ketempat tersebut. Tujuannya
adalah…
“Tidak!
Aku tidak mau memberikan tumpangan padanya!” tukas Jean lantang.
“Aku
juga. Aku punya banyak Misi rahasia yang tak boleh diketahui siapapun!” ujar
Nuka tegas. Seolah ‘Misi’ yang Ia katakana itu sangatlah penting.
Ya,
Daffa ingin menumpang kamar pada teman-teman nya. Namun, teman lelakinya tak ada yang mau memberikan
tumpangan padanya. Ia canggung untuk tidur di kosan nya. Ia tak tahu bagaimana
kalau Ia bertemu Rizky.
Adiknya,
Anissa juga tidak mau memberikan tumpangan pada kakaknya yang satu ini. Dan
akhirnya Ia angkat bicara, “Irul. Kau kan temannya. Berilah dia kamar.”
Irul
sendiri bingung. Ia punya banyak tugas kerja yang belum terselesaikan. Ia hanya
bisa sendiri agar tugas itu cepat selesai, “Tak adakah seorangpun yang mau
memberi tumpangan? Aku tak tega melihat dia tidur di kursi ruang tengah.” Ujar
Irul.
Pembicaraan
ini terus berlanjut sampai akhirnya, sang penolong mengatakan, “Aku bisa
memberikan tumpangan.”
Semua
melirik kearah sumber suara, Tave. Hati Daffa sedikit lebih lega.
“Tapi
dengan syarat, jangan mengoprek ataupun mengacak isi kamarku. Ini masih sore
hari. Kuizinkan masuk kekamarku saat jam 10 malam dan harus keluar dari kamar
tepat jam 5 pagi. Mengerti?” katanya panjang lebar.
Daffa
mengangguk pasti walaupun sebenarnya Ia tak begitu mengerti apa yang dikatakan
keponakannya yang satu ini.
Sebesit
pertanyaan muncul dalam kepala Jean, “Kau tidur dengan siapa?”
“Denganmu.”
Jawab Tave cepat. “Bodoh. Tentu saja dengan Nissa kan, Adiknya!” lalu melirik
pada Nissa. Nissa hanya menganggukkan kepala nya.
“Terimakasih.
Kau baik sekali.” Daffa menepuk bahu Tave dengan wajah polos. Tave hanya
mengernyit.
“Terimakasih.”
Balas Yura lembut. Kali ini, dia menggunakan ojek untuk pergi ketempat
tujuannya. Pertama, Ia mengontak Naomi, untuk menyuruhnya keluar.
Semua
berjalan dengan lancar sampai akhirnya Naomi menyuruh Yura masuk kedalam. Yura
tahu awkward moment saat ini. Namun Ia berpikir positif, saat ini hanyalah
sekedar berkenalan dengan kakaknya Naomi.
Naomi
pergi ke dapur untuk menghidangkan minum dan meninggalkan Yura sendirian
diruang tamu. Yura deg-degan. Hatinya merasa kacau. Ia tidak tahu harus
bagaimana kalau Ia bertemu dengan ‘calon, pacarnya.
Setelah
lama bersenandung, Raffa mulai memunculkan dirinya. Ia keluar dari kamarnya dan
menampakkan sosok dirinya di ruang tamu. Ia melihat Yura dan Yura melihat
dirinya.
Rizky
semakin mengulat di atas tempat tidurnya. Yang ia lakukan tak lain hanyalah
merenung. Ia mulai berpikir untuk mengambil handphone diatas meja belajarnya.
Ia lihat tulisan yang tertera di layar handphone nya, ‘Mei. 26 missed call’
Rizky
terdiam melihat layar handphone nya. Sesaat kemudian dia histeris. Ia segera
menekan tombol hijau dan …..
Panggilan sibuk.
Di lain tempat, Mei berkata pada Nabila
di teleponnya, “Hei, soal Tave tadi pagi, apa kau bersamanya siang tadi?”
To be continue~
aak..rizky hobi banget tiduran betewe (--,)
ReplyDeletejadi yura sama raffa...pacaran? *emot kaget*
lanjut tan ( '-')/
Raffa disini itu tokoh laki-laki ya (--,)
Deleteiya tau.. ( ._.)
DeleteAne keliatan bego banget dah disini (--,)
ReplyDeleteDitanya apa jawabnya apa ... Pantesan Daffa bingung. (?) #yaterus
kan cuma cerita tan. Ga kenyataan ( '-')/
DeleteIya ( ._.)/
DeleteLanjut nulisnya~
akunya ga muncul lagi ._. *cuma simpenan* *nasib* /plakk
ReplyDeleteKarakternya banyak (--,) kamu muncul kalo lagi pacaran sama daffa aja (--,)
Delete