Monday 26 November 2012

curhatan


Cuma pengen ngepost sesuatu yang ga penting dan absurd. Suatu hal yg selama ini gua pendem dan akhirnya aduk adukan(?) gajelas #youDon’tKnowWhatImean

Yang terakhir kegiatan yang gua laukan dengan kesibukan yang hebat adalah saat lomba. Lomba mading 3D yang gua ikutin sangatlah sibuk dan tentunya menyenangkan. Oke langsung pas lomba nya aja.
Diruangan lomba itu, tim sebelah gua itu ada orang yang mirip banget sama temen gua. Pertamanya gua piker itu temen gua, tapi setelah kita beradu tatapan mata #eaa gua sadar gua salah. Apalagi orang itu aktif + cekatan. Gua makin ga yakin itu temen gua. Sumpah dah itu mirip banget! #done

Sekarang sebelumnya.

Gua kangen banget banget banget sama seorang manusia! Ya dia manusia! Udah lama ga liat dia. Yah lupakan saja.#done

Saat ini gua suka baca baca! Kalo bĂȘte gua baca Koran harian punya bapake. Kebetulan aja bapake langganan Koran bulanan. Sampe akhirnya gua menemukan aplikasi ebook menarik dihenpon bapake, ebook berjudul “The Lord of The Rings” cerita petualangan yang amazing gitu! Ada 1279 halaman dan selama dua hari ini gua baru baca setengahnya. #done

Kalo baca kepturan kepturan yang udah lalu, nyesek banget ya. Ah tapi biasa ajasih. #done

Semenjak saat itu, gua jadi ngerasa bersalah banget. Yah sudahlah. Toh cerita ini udah pernah di post #done

Bentar lagi UAS. Gua masih pengen lanjutin baca baca ebook dan novel vovel lain yang gua suka. Kenapa harus ada uas?! #done


KENAPA HARUS ADA UAS


Belakangan ini, temen gua bilang gua modus mulu. Padahal sama sekali ga berniat modus. Iyuh banget. Tapi keliatan nya kaya modus beneran, sampe org lain speechless gitu -__- iyuh iyuh iyuh. Udah gitu, di masa masa SMA ini, harus hati hati memilih teman. Gua yakin gua ga salah pilih temen sampe akhirnya gua tau pikiran mereka itu gabisa dimaafkan(?) gua jadi keikutan kayak mereka. #youDon’tKnowWhatImean
Yah you know, gua tetaplah orang yang suci dan polos. Tidak terpengaruh #done

Sekian curhatan gajelas kali ini. Salam kasian untuk yang baca. Pasti gabakal ngerti.

Wednesday 7 November 2012

yang PERNAH terjadi diantara kita


Sedih tau rasanya ditinggalin sama orang yang udah terlanjur kita sayangin dang kita percayain. Kalian yang udah ninggalin kita satu persatu pasti ngerasain deh. Yang udah berusaha nganggap kami dan fam ini gaada, yang udah berusaha ngelupain, yang udah berusaha ngejauhin. Gue yakin, kalian pasti merasa sulit untuk ninggalin kita, sulit untuk ngelupain memori dan semuanya yang udah pernah kita lakuin bersama. Pasti merasa deh, walopun Cuma sedikit.
Yang kalian lakukan Cuma bisa mengenang. Mengenang semua memori yang ada saat kita bareng-bareng. Dan setelah itu, kalian pasti ngerasa, walopun Cuma sedikit, sedikit dan sedikit. Kalian pasti SEDIKIT menyesal. Tapi kalian ya kalian. Semuanya tergantung sama kalian. Gua ga punya hak untuk ngelarang. Kita semua punya hak untuk bertindak. Dan kita juga ga minta dingertiin karna kita udah ngertiin kalian. Kita udah berusaha untuk mengerti kalian. Kita emang gak selamanya akan bersama. Kita berteman gak akan sampai akhir. Karna dimana ada pertemuan, pasti ada perpisahan.
Mulailah satu persatu dari kita pergi. Mencoba jalani kehidupan baru tanpa ada kebersamaan lagi. Mulai melupakan semua yang sudah terjadi. Dan pastinya akan teringat lagi! Pasti akan teringat lagi semua yang terjadi diantara kita. Semua momen indah dan buruk yang kita jalani bersama. Momen momen memalukan dan menyenangkan yang udah kita lakukan. Gua yakin, diantara kalian, pasti gaakan bisa ngelupain hal itu walopun udah berusaha. Karna kalian pernah merasa menyayangi kami dan fam ini. Kalian udah pernah terlanjur sayang sama kita. Karna itu, kalian ga bisa ngelupain kami. Sekalipun kalian hapus foto foto kenangan saat itu. Semua memori tentang kita, udah tersimpan absolute di otak kalian.
Dan bahkan kalian bisa jadi akan menceritakan semua tentang ini di masa depan kalian. Kalian mungkin bisa aja lupa dengan kami sekarang, tapi, siapa tahu, taun depan kalian inget kami lagi. Kita gak tahu apa yang akan terjadi kan?
Karna itu, semua yang terjadi itu dari kita semua. Tak ada yang abadi. Tapi gaada salahnya kan kalo kita berusaha untuk mengabadikannya?
Lupakanlah kami, hapus kami darimu.
Karna kalian gak akan bisa melupakan kami. Melupakan semua yang terjadi diantara kita.
Karna kita udah terlanjur saling menyayangi satu sama lain.
Jadi, hal itu gak mudah.

Sincerely
#DConanFamily Member

Sunday 4 November 2012

Special Gift~

  cerita ini sebelumnya udah di post di blog yang satu lagi dan sengaja di post disini juga (~ '-')~
Pagi itu, 29 oktober, Aku harus bersiap-siap untuk ikut tanding di kejuaraan Grand Final karate se-Internasional. Tapi, aku akan berangkat menjelang siang nanti, karna giliranku tanding adalah pada pukul 03.00 sore.
Aku bangun dengan malas pagi ini. Padahal harusnya aku senang, karna aku akan meraih juara tahun ini dengan juara pertama. Aku akan menjadi  Karateka terbaik se-dunia.
Oh iya, aku lupa. Namaku Jean. Aku adalah seorang remaja yang tinggal disebuah Apartmen kecil bersama seorang temanku. Dia adalah wanita yang tinggal disebelah kamarku. Terkadang dia datang untuk membuatkanku makanan. Namun, dia cukup merepotkan bagiku, dia sulit untuk menepati janjinya.
Pagi ini pun aku bangun kesiangan. Padahal, semalam aku sudah meminta wanita bodoh itu untuk membangunkanku. Tapi  dia tak muncul sama sekali. Terpaksa Aku langsung mandi dan melanjutkan latihanku.
Seusai Mandi, aku coba telepon wanita itu. Aku berniat untuk menceramahinya karna sudah kesekian kalinya dia tidak menepati janjinya untuk membangunkanku. Kuraih gagang telepon yang terletak diatas meja belajarku. Kutekan nomor teleponnya yang sudah kuhapal diluar kepala. Lima kali deringan…..
“Halo~” sapa suara disebrang sana dengan ceria.
“Kenapa kau tidak membangunkanku?” kataku sewot.
“Oh….” Jawabnya singkat. “Gawat aku lupa!” suara disebrang sana terdengar histeris.
“Ini sudah ke seratus kalinya kau ingkar janji.” Kataku datar.
“Aduduh~ maaf deh~ aku sedang belanja nih. Di Mall yang baru dibuka itu~ banyak diskonnya loh~” curhat suara disebrang sana dengan bahagia.
“Aku tidak peduli.” Jawabku malas. “Kamu harus antarkan aku ke tempat pertandingan nanti.”
“Oh iya. Kamu kan ada pertandingan grand final itu ya. Selamat sudah masuk ke 3 besar.  Pokoknya, kamu harus juara 1 ya!”
“Kuharap kamu pulang jam 11 nanti untuk mengantarkanku.” Tukasku tegas.
“Yaya baiklah. Kita lihat nanti~ bye~”
Kututup telepon itu. Wanita itu selalu saja begitu. Hidupnya selalu bahagia. Tapi, setahuku dia sedang ada masalah besar, bisa-bisanya dia tertawa disaat begini. Yah, dia memang tipe orang yang selalu menyembunyikan masalahnya sih.
Kuraih pakaian yang tergantung dibalik pintu kamarku. Kugunakan dengan Cuma-Cuma. Aku memulai pemanasan.
Sepertinya ada yang kurang. Aku melangkah menuju dapur. Benar saja, tak ada sarapan. Kenapa hari ini dia tidak membuatkanku sarapan? Dasar wanita bodoh itu.
“Hhhhh….” Aku menghela nafas. Aku malas sekali utnuk keluar mencari sarapan. Semoga wanita itu kembali sebelum jam 11 dan membelikanku sarapan.
Aku melanjutkan pemanasan. Tapi rasanya, kurang efisien juga pemanasan tetapi belum makan. Yah, tunggu saja wanita bodoh itu. Kunyalakan radio yang memuat tentang finalis kejuaraan tahun ini. Aku tersenyum,  namaku disebutkan.
Waktu telah menunjukkan pukul 10:30. Perutku semakin lapar. Sepertinya tak ada yang bisa diharapkan dari wanita itu. Terpaksa aku harus keluar untuk mencari sarapan.
Aku telah menyiapkan uang dan mulai membuka pintu. Kubuka kenop pintu dan aku dapati seorang wanita yang sangat kukenali dihadapanku. Dia sedang melambai pada orang lain diluar sana dengan tersenyum bangga. “Gawat, wajah itu lagi…” batinku.
Aku tahu apa yang akan terjadi.
Wanita itu melangkah maju tanpa memperhatikan apa yang ada dihadapannya. BRUK. Dia menabrak menghantuk dahiku. Dia terlalu ceroboh. Ini salah satunya yang membuat aku kesal.
“Aduh! I’m sorry!  Forgive me! My apologize!” katanya panjang lebar tanpa melihat orang yang ada dihadapannya.
Aku hanya berdiri mematung dengan raut wajah malas dihadapannya. Menatapi wajahnya yang hanya bisa menyengir setelah tahu bahwa aku lah yang ditabraknya.
“Kalau pintu ini tertutup. Kau akan menabrak pintu ini bukan?” kataku melangkah keluar.
“Tidak dong. Aku kan sudah mendengar pintu terbuka. Tapi salah kau sendiri, malah tetap berdiri diambang pintu!” katanya mengelak. “Oh ya, mau kemana?”
“Cari makan.” Jawabku pendek.
Wanita itu meraut kesal, “Yasudah aku makan sendiri saja!”
Aku kembali melangkah kekamarku dan mengikuti wanita itu masuk kedalam. Ternyata dia sudah membawakanku makanan, walaupun agak telat. “Kau bawa apa?”
“Masakanku~” jawabnya bangga.
“Hm? Kau sedang tidak dirumah tadi.”
“Sepulang belanja, aku minjam dapur teman dan menumpang masak dirumahnya. Soalnya, gas didapurku habis. Dia juga baik mengantarkanku sampai kesini~”
“Didapurku gas nya masih ada.”
“Tidak. Sudah habis.” Jawab wanita itu datar.
“Jangan bilang kau sudah memeriksanya tadi?” tanyaku curiga.
“Yups! Tidurmu masih tetap konyol!” Dia terkekeh.
Aku menyadari  perbedaan pada rona wajahku. “Kalau begitu,  kenapa tidak membangunkan aku?!”
“Kamu terlihat nyenyak sekali!” jawabnya seraya memberikan sepiring pizza buatannya padaku.
Aku memotong pizza itu dan memasukkannya kedalam mulutku. Enak seperti biasanya. Masakannya tidak kalah dengan masakan ibuku.
Dia melirik jam tangan yang terikat dipergelangan tangannya, “Gawat! Aku keluar sebentar ya!”
Aku hanya terdiam dan membiarkan Ia pergi. Tanpa menyadari, beberapa menit lagi dia harus mengantarkanku.
“Hei!!!!” teriakku menyuruh dia kembali. Namun, wanita itu tetap saja pergi dan meninggalkanku.
Ku selonjorkan kakiku diatas kursi, rileks. Sambil menunggu wanita itu kembali, aku buka majalah fashion miliknya yang tertinggal dikamar apartmenku ini. Kubaca satu persatu halamannya. Entah kenapa wanita itu suka fashion, padahal dia terlihat tomboy.
Kusadari waktu telah berjalan begitu cepat. Pukul 11.30 sekarang. Wanita itu belum juga kembali. Aku mulai berniat memukulnya kalau ketemu nanti. Lalu, kusadari ponselku berbunyi. Ku lihat apa yang menyebabkan benda itu berbunyi. Ternyata sms dari wanita itu.
Maaf aku tidak bisa mengantar.
Seolah petir menyambar di benakku. Lebih dari menyebalkan. Wanita itu menjengkelkan. Seharusnya dia bilang daritadi. Dasar wanita bodoh.  Hei aku sedang berusaha bersabar kau tahu, bodoh. Batinku.
Terpaksa aku harus brangkat sendiri. Maksudku meminta antar wanita itu adalah, karna mobilku sedang di servis. Kalau ada mobilku sendiri sih, aku tak perlu meminta bantuan pada wanita itu. Cepat-cepat aku berangkat keluar dan meninggalkan apartmen.
Perjalanan dari sini menuju area pertandingan adalah kurang lebih 2 jam. Dan itu pun harus empat kali naik bus. Hari yang melelahkan. Sebenanrnya sih aku bisa saja meminta dijemput oleh pegawai yang bekerja disana. Tetapi, hal itu sangat merepotkan bagiku.
Akhirnya sampai juga di gedung pertunjukan ini. Kulihat beberapa panitia segera menghampiriku dan menyapaku. Aku hanya bertindak stay cool dan tetap melangkah masuk kedalam gedung. Ku dapati seorang temanku datang dan bertanya padaku, “Kau tidak bersamanya?”
“Apa?” tanyaku tidak mengerti.
“Pacarmu. Biasanya kau datang bersamanya.” Ujar nya dengan cengiran khas nya.
“Dia Bukan pacarku. Sekarang dia sedang keluar, entah kemana.”
Aku tidak terlalu mempedulikan temanku dan segera menuju ruang ganti. Kuganti pakaianku dengan pakaian latih tanding. Satu jam lagi menuju pertandingan. Kuhabiskan waktuku untuk pemasanan dan melatih kekuatan otot-ototku.
Sesekali kulirik ponselku, siapa tahu saja dia mengirim pesan untukku. Tapi ternyata aku hanya berharap. Tak ada satupun pesan yang masuk. Aku hanya khawatir, jika dia tidak menyuport ku dari bangku penonton, tak ada semangat lagi untukku disaat bertanding. Seperti waktu itu…
Seorang petugas masuk kedalam ruang pemanasan ku dan berkata, “Bersiap-siaplah, setelah ini, giliran anda.”
Aku hanya membuang muka dan melanjutkan pemanasanku. Tentu saja aku tahu setelah inigiliranku, karna aku mendengar siaran radio yang memutar berita seputar karate disini.
Waktu berlalu. Giliranku utnuk bertanding. Aku bertanding dengan seorang lelaki berbadan besar dan tinggi. Sepertinya dia kuat…
Aku terus mencari celah untuk melawan lawanku ini. Dia cukup kuat untuk seorang karateka pemula. Namun, kekuatannya bisa membawanya mencapai grand final. Tak peduliapapun yang terjadi, aku akan tetap menang.
Aku menghela nafas lega. Tanpa wanita itu, tanpa support dari wanita itu, aku bisa menang. Betapa beruntungnya aku. Pertandingan selanjutnya, aku harus menjadi lebih baik. Banyak tepuk tangan dan pujian yang mengarah kearahku. Namun, aku tidak peduli itu semua. Aku hanya ingin, orang itu yang memberikan selamat padaku.
Pertandingan gilirannya akan dimulai jam 6. Aku melangkah menuju ruang ganti dan berniat untuk istirahat. Kulirik kembali ponselku, benar saja. Tetap tak ada pesan ataupunpanggilan dari dirinya. Hah? Mikir apa aku? Tanpanya juga aku sudah menang. Tak ada lagi gunannya mencemaskan dia. Disaat begini saja dia sudah meninggalkanku. Batinku.
Aku beristirahat. Sialnya, aku lupa membawa bekal untuk makananku kali ini. Memang sih, panitia bisa saja menyiapkanku makanan, tapi selama ini, bekal  yang kubawa kan selalu saja dibuatkan oleh wanita itu. Sudah banyak hal yang tak Ia lakukan untukku hari ini. Padahal, ini bisa jadi hari special atas kemenanganku. Wanita itu selalu saja membuatku marah, sial.
Kucoba menelponnya dengan ponselku. Tuuut…. Tuuuut…. Ya! Terus saja dering seperti ini! Dia sama sekali tidak mengangkat teleponku. Dia mengabaikanku. Padahal aku kan ingin mengatakan, aku adalah peserta final! Dan aku akan menjadi nomor satu. Karna itu…. Aku mengharapkan dirinya disini. Bodoh… apa yang kupikirkan?
Tiba saatnya pertandingan. Sorak-sorak penonton meramaikan arena pertandingan. Kutatapi satu-satu orang dan bangku penonton. Benar saja, dia tidak datang. Apakah aku bisa menang?
Aku fokuskan semuanya pada lawan dihadapanku. Orang ini bukanlah orang yang bisa diremehkan. Orang ini sangat kuat. Walaupun tubuhnya tidak besar, otot-ototnya kekar. Akankah aku bisa menang melawannya? Tanpa teriakan bodoh diirnya yang mati-matian mendukungku?
Disebrang sana, seorang wanita yang sedang tersenyum sambil menatap layar televisi bergumam, “Hm… Kau pasti akan kalah.”
Pertandingan berakhir! Aku merasakan terbaring diatas tandu. Apakah aku gagal?
Yah, menjadi nomor dua sedunia juga masih menguntungkan. Ternyata memang tak bisa dipungkiri, aku sangat membutuhkan dirinya. Tahun depan, aku tak akan mengulang kesalahan yang kedua kalinya.
Setelah aku bangun dari tidur singkatku, waktu sudah menunjukkan pukul  9 malam. Aku segera bergegas dan bersiap-siap untuk pulang. Kuraih ponselku dan menekan nomor yang sudah kuhafal. Masih tetap tak diangkat. Jangan katakana aku akan pulang sendiri lagi. Jarang ada kendaraan umum dimalam seperti ini.
Sudah satu jam aku berjalan. Akhirnya kutemui taksi yang baru saja ingin pulang kerumahnya. Untung saja aku bisa memaksa sopir taksi tersebut dengan meminta foto denganku. Tak kusangka juga dia adalah penggemarku. Aku beruntung mala mini. Tapi, bukan keberuntungan juga sih, hari ini aku kalah dan wanita itu tidak bisa dihubungi sama sekali. Dan lebih parah lagi dia menelantarkan ku.
Aku duduk dikursi belakang. Yang bisa kupikirkan hanyalah, melampiaskan semua kemarahanku padanya. Aku akan lakukan apapun dalam pelampiasan setelah ini. Tak peduli appaun yang terjadi, aku sangat lelah karna dirinya. Karna itu, aku butuh pelampiasan.
Sudah pukul 11.55 malam. Sebentar lagi aku akan sampai didepan Apartmenku. Lelahnya diriku hari ini. Dan tak lupa juga, untuk memberi hukuman pada wanita itu. Dia seperti mempermainkanku.
Kututup pintu mobil dan kusodorkan uang untuk membayar supir taksi tersebut. Kulangkahkan kakiku menuju apartmen. Aku memasuki aula dan terus berjalan sampai kedepan lift. Suasana sudah hening sejak tadi. Tentu saja, sudah jam 12 malam. Aku menekan tombol 30. Lift naik menuju lantai 30.
Pintu lift terbuka. Aku melangkah keluar dari lift dan menuju kamarku. Sebelum itu, kutengok juga kamar’nya’. Tampaknya tak ada orang. Ya sudahlah, aku ingin cepat-cepat berbaring diatas tempat tidur hangat nan nyaman. Kubuka pintu apartmenku.
Gelap gulita. Itulah yang pertama kali kupandangi didalam kamarku. Benar juga, sebelum pergi aku memang sengaja mematikan semua lampu untuk menghemat listrik. Kulangkahkan kakiku masuk kedalam dan kututup pintu. Kulepas sepatuku dan segera aku melangkah untuk mencari saklar lampu.
Tiba-tiba, lampu menyala. Kulihat seorang wanita yang sangat kukenal disana. Ia segera menghampiri dan memeluk diriku, “Kau kalah kan?” katanya dengan sedikit tertawa.
Aku hanya tertegun dan hanya bisa berdiri mematung. Ini pertama kalinya wanita ini memluk diriku. Tiba-tiba Ia melepas pelukannya dan mengambil kue besar yang terletak diatas meja, “Tiuplah api ini!” katanya dengan ceria. Aku hanya bisa tersenyum dan meniup api di lilin yang berada diatas kue tersebut.
“Selamat ulang tahun, Jean!” ucapnya dengan ceria. “Kau akan bertambah tua~”
Aku bahkan lupa, hari ini adalah hari ulang tahunku.
Dia memotong kue diatas meja dan segera memberikannya padaku seraya berkata, “Maaf mengabaikanmu. Kejutan itu pasti menyenagkan kan?” Ia menyuapkan potongan kue itu ke mulutku. Aku sadari lagi perbedaan pada rona wajahku. Aku melahap kue yang Ia suapi untukku.
Tak ada yang lebih menyenangkan bagiku. Kupeluk erat wanita itu dan bergumam, “Terimakasih. Aku senang sekali.”
Waniat itu balas memelukku dan menjawab, “Sama-sama~ selamat untuk bertambah tua nya dirimu! Aku tetaplah lebih muda dibanding kamu!”
Aku tersenyum dan menjawab, “Aku masih muda tahu.”
Tak ada hari yang lebih menyenangkan bagiku. Dan sepertinya, aku kehilangan kesempatan untuk melampiaskan amarahku padanya.
~THE END~