Tuesday 16 October 2012

Part 6


    
   Yura membuka kulkas di dapur kosan  teman sekampus nya. Ia melihat ada sebuah makanan yang terbuka. Ia tengok dalamnya, "Oh sosis sisa...." ia mengerutkan dahi nya, "Sepertinya aku harus makan diluar." Yura menutup kulkas dan berbalik lalu melangkah. Namun, Ia salah langkah. Ia menginjak sesuatu seperti      kaki seseorang. Ia melihat ke hadapannya. Ia hampir menabrak seseoarang dihadapannya. Ia hampir menabrak lelaki yang sedikit lebih tinggi dari dirinya.

"Hm, kau orang baru disini?" tanya Daffa

Yura terdiam. Waktu terasa berhenti. "A-ah... Tidak. Aku hanya mencari makanan..." jawabnya salah tingkah. Ia tidak sadar akan pertanyaan dari Daffa

Daffa mundur selangkah dan  mengerutkan dahi nya, "Maksudmu?"

Yura semakin salah tingkah, "Ah tidak. Aku permisi dulu." 

         Yura segera berlari menuju kamar Rizky. Didapatinya rizky sedang berbaring pasrah seperti biasa. Rizky melirik kearahnya. Yura hanya bisa tersenyum dan langsung mengunci pintu.

 
          Daffa kresnanda mengerutkan dahi nya. Ia merasa heran dengan sikap wanita dihadapannya tadi yang langsung berlari masuk kekamar Rizky. Tentu saja, perkataan wanita itu sangatlah tidak menyambung.
Ia membuka kulkas dihadapannya dan mengambil sepotong sosis dalam kotak makanan didalamnya. Lalu ia kembali melangkah ke meja makan. Ia lahap potongan sosis itu. "Siapa orang itu ya...." batinnya.


           "Kau pasti bertindak ceroboh lagi ya." Tebak Rizky tepat dengan wajah polos. Ia masih berbaring diatas tempat tidurnya.

 
           "Begitulah...." jawab Yura malu.
Ia segera duduk diatas kursi belajar milik Rizky. Ia hanya bisa menatap Rizky yang sedang galau dihadapannya. "Kau kenapa tak cari pacar?"

           Rizky terdiam mendengar perkataan itu. Lima detik kemudian ia shock, "Maksudmu apa?!"

 
"Sebaiknya memang tidak usah pacaran. Kau langsung saja menikah."

"...&%}}{§.&”

“Sudah ya. Aku pergi dulu. Aku akan kembali kesini jika aka pulang nanti.” Yura menggendong tas nya dan keluar dari kamar.

 
Rizky kembali berbaring diatas kasurnya, "Dasar kau, Yura...." gumamnya.

Daffa merasakan getaran dari arah sakunya. Handphone nya telah bergetar. Ia lihat display di Handphone nya. Nomor tidak dikenal. Siapa ini? Daffa mengangkat telepon tersebut. "Hallo."

 "Hallo Rizky." sapa suara disebrang sana.

"Rizky? Ini siapa?" tanya Daffa mengernyit.

"Ini aku. Kau seperti kebingungan."

"Ini Daffa, bukan Rizky. Maaf anda salah sambung.”
 Daffa menghentikan panggilan dari handphone-nya. "Suara nya seperti pernah kukenal." batinnya.


             "Ini aku. Kau seperti kebingungan." Mei mengerutkan dahi nya. Ini pertama kalinya Rizky bersikap seperti ini.

              "Ini Daffa, bukan Rizky. Maaf anda salah sambung." Jawab suara disebrang sana. Mei terdiam. Ia m elihat kembali display nomor di handphone nya. "My Fail Husband"
"Bodoh! Aku salah nomor!" teriaknya histeris. "Apa... Bagaimana ini...."

         "Beginilah kecerobohan kak mei...." gumam Ivan mengangguk-angguk. padahal Ia tidak tahu apapun yang terjadi.

          Abang Laksmayutata sudah berdiri di ambang pintu, "Aku pulang ya!"

Ivan hanya bisa menatap sayu kepergiang abang angkatnya itu. Terkadang Ia berpikir, Abang nya yang satu itu sangat baik dan perhatian padanya.

          Mei buru-buru mengoreksi nomor yang akan dia hubungi. Ia menghubungi orang yang penting baginya. Sekilas terpikir dalam benaknya, kenapa dia tidak mengenaliku? dia menghapus nomorku?


Disebrang sana, Rizky menyadari handphone nya berdering. Namun Ia tidak peduli. Ia tak ingin membuyarkan lamunan nya hanya karna sebuah telepon.. Ia tidak tahu, betapa pentingnya telepon itu untuknya.


“Fufufu~ Tak kusangka Nii-chan ku bisa punya pacar.”
Seorang gadis kecil sedang menyapu di teras halaman rumahnya. Naomi sesekali membenarkan letak kacamatanya. Kacamatanya yang agak kebesaran itu selalu saja mengganggu pengelihatannya. Apa boleh buat, kan, mata nya telah mencapai min 7.

        “Naomi! Kalau ‘dia’ sudah datang, panggil aku!” sebuah suara terdengar lantang ditelinga Naomi. Ya itu adalah suara milik kakak laki-lakinya, Raffa.

        “Ya, tentu saja!” Naomi pun ikut bangga.

        Disebuah Losmen, Beberapa orang ribut karna Daffa datang ketempat tersebut. Tujuannya adalah…
        “Tidak! Aku tidak mau memberikan tumpangan padanya!” tukas Jean lantang.
        “Aku juga. Aku punya banyak Misi rahasia yang tak boleh diketahui siapapun!” ujar Nuka tegas. Seolah ‘Misi’ yang Ia katakana itu sangatlah penting.

        Ya, Daffa ingin menumpang kamar pada teman-teman nya. Namun,  teman lelakinya tak ada yang mau memberikan tumpangan padanya. Ia canggung untuk tidur di kosan nya. Ia tak tahu bagaimana kalau Ia bertemu Rizky. 

        Adiknya, Anissa juga tidak mau memberikan tumpangan pada kakaknya yang satu ini. Dan akhirnya Ia angkat bicara, “Irul. Kau kan temannya. Berilah dia kamar.”

        Irul sendiri bingung. Ia punya banyak tugas kerja yang belum terselesaikan. Ia hanya bisa sendiri agar tugas itu cepat selesai, “Tak adakah seorangpun yang mau memberi tumpangan? Aku tak tega melihat dia tidur di kursi ruang tengah.” Ujar Irul.

        Pembicaraan ini terus berlanjut sampai akhirnya, sang penolong mengatakan, “Aku bisa memberikan tumpangan.”
        Semua melirik kearah sumber suara, Tave. Hati Daffa sedikit lebih lega.
        “Tapi dengan syarat, jangan mengoprek ataupun mengacak isi kamarku. Ini masih sore hari. Kuizinkan masuk kekamarku saat jam 10 malam dan harus keluar dari kamar tepat jam 5 pagi. Mengerti?” katanya panjang lebar.

        Daffa mengangguk pasti walaupun sebenarnya Ia tak begitu mengerti apa yang dikatakan keponakannya yang satu ini.

        Sebesit pertanyaan muncul dalam kepala Jean, “Kau tidur dengan siapa?”
        “Denganmu.” Jawab Tave cepat. “Bodoh. Tentu saja dengan Nissa kan, Adiknya!” lalu melirik pada Nissa. Nissa hanya menganggukkan kepala nya.
        “Terimakasih. Kau baik sekali.” Daffa menepuk bahu Tave dengan wajah polos. Tave hanya mengernyit.


        “Terimakasih.” Balas Yura lembut. Kali ini, dia menggunakan ojek untuk pergi ketempat tujuannya. Pertama, Ia mengontak Naomi, untuk menyuruhnya keluar.

        Semua berjalan dengan lancar sampai akhirnya Naomi menyuruh Yura masuk kedalam. Yura tahu awkward moment saat ini. Namun Ia berpikir positif, saat ini hanyalah sekedar berkenalan dengan kakaknya Naomi. 

        Naomi pergi ke dapur untuk menghidangkan minum dan meninggalkan Yura sendirian diruang tamu. Yura deg-degan. Hatinya merasa kacau. Ia tidak tahu harus bagaimana kalau Ia bertemu dengan ‘calon, pacarnya.

        Setelah lama bersenandung, Raffa mulai memunculkan dirinya. Ia keluar dari kamarnya dan menampakkan sosok dirinya di ruang tamu. Ia melihat Yura dan Yura melihat dirinya.


        Rizky semakin mengulat di atas tempat tidurnya. Yang ia lakukan tak lain hanyalah merenung. Ia mulai berpikir untuk mengambil handphone diatas meja belajarnya. Ia lihat tulisan yang tertera di layar handphone nya, ‘Mei. 26 missed call’

        Rizky terdiam melihat layar handphone nya. Sesaat kemudian dia histeris. Ia segera menekan tombol hijau dan …..


Panggilan sibuk.


Di lain tempat, Mei berkata pada Nabila di teleponnya, “Hei, soal Tave tadi pagi, apa kau bersamanya siang tadi?”



To be continue~











.
 


8 comments:

  1. aak..rizky hobi banget tiduran betewe (--,)
    jadi yura sama raffa...pacaran? *emot kaget*
    lanjut tan ( '-')/

    ReplyDelete
  2. Ane keliatan bego banget dah disini (--,)
    Ditanya apa jawabnya apa ... Pantesan Daffa bingung. (?) #yaterus

    ReplyDelete
  3. akunya ga muncul lagi ._. *cuma simpenan* *nasib* /plakk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karakternya banyak (--,) kamu muncul kalo lagi pacaran sama daffa aja (--,)

      Delete