Wednesday 26 December 2012

Yesterday I Was Getting Older




                Yesterday I was getting younger older. Why? Kepo!
Hari itu, gua dapet hadiah special dari ade gua tercinta. Malem itu, jam setengah satu malem, jelasnya udah tanggal 27, gua baru turun dan masuk kamar. Gua liat ada kado aneh dan gua biarin aja. Setelah itu gua cuci muka dan matiin lampu lalu pengen tidur.
                “Itu tadi kado buat lu tau.” Tiba-tiba suara ade gua memecahkan suasana hening. #Ciyah
                “Hah apaan?” kata gua penasaran sambil inget-inget. “Yang kotak PINK itu?!”
                “Iya.” Jawabnya pendek dan masih nonton tipi.
                “Besok aja ah bukanya.” Kata gua ga acuh.
Tengah malem gua gabisa tidur dan akhirnya gua buka tuh kado.
Begini definisinya.
Dia gunting kardus dan membuat nya menjadi kotak besar.
Hadiahnya Mainan angry bird bekas namun di modifikasi dengan kertas warna, dan itu pun kertas warna nya punya gue.
Kertas kado yang pernah gua liat lusuh diatas lemari dia gunakan untuk membungkus kado gua.
Bikin gua terharu :’)
Begitulah kado special dari ade gua. Pas gua Tanya kenapa bikin kado nya gamodal bgt, dia malah jawab, “Lah itu kan buat elo.”
-Sekian-

Monday 17 December 2012

ONESHOOT!


                Cuaca cerah tidak mengubah mood nya sama sekali. Perlahan menusuk-nusuk hatinya dengan ganas. Air matanya tidak pernah berhenti mengalir. Seolah tidak akan pernah bisa menerima kenyataan yang telah terjadi. Wanita muda nan cantik—atau biasa dipanggil Fani terisak dalam tangisnya. Seseorang yang dicintainya telah pergi meninggalkannya dengan kondisi yang mengenaskan. Orang yang dicintainya telah dibunuh oleh seseorang yang belum diketahui identitasnya.
                Fani beranjak dari tempat tidurnya. Ia menuju wastafel yang berada dipojok dinding kamarnya. Ia membasuh wajahnya lalu keluar dari kamarnya.

                Pemotretan telah selesai. Wanita muda keluar dari sebuah ruangan seraya menyapa Nuka--kameramen yang memotret dirinya selama pemotretan. Model itu menyambar Koran yang berada diatas kursi yang akan didudukinya. Lalu berdecak, “Cih, kasus bodoh ini belum berakhir juga.” Keluhnya dan melempar Koran itu. “Nona Natasha!”
                Model itu menoleh kearah sumber panggilan. Seorang lelaki muda menghampirinya, “Sudah waktunya. Mari kita pulang.”
                Natasha—model muda yang baru saja naik daun mengeluh kesal. Baru saja Ia selesai pemotretan, sudah harus pulang kerumah. Dengan sewot Ia mengatakan, “Baiklah, ayo kita pulang. Tapi sebelum itu, antarkan aku ke restoran di hotel bintang lima disebrang sana, Jean.”

                Harjono yang sedang sibuk memasak di dapur restoran “DConanFamily” merasa terganggu karna daritadi, Chef pemula yang bernama Ridho terus memanggilnya untuk diberi petunjuk. Harjono sebagai kepala Chef di restoran tersebut merasa risih dengan kedatangan Ridho yang juga bekerja disana. Akhirnya Ia menyuruh Ridho untuk melayani tamu-tamu. Seperti memberikan dan menerima menu dan mengantarkan makanan.
                Ridho melihat seorang wanita muda masuk kedalam restoran dan seorang pemuda yang hanya mengantarkannya masuk kedalam restoran lalu keluar lagi. Ia segera membawa menu dan menghampiri pelanggan barunya. Sebelum beranjak ke meja pelanggannya, Ia sukses menyenggol botol kecap dan menumpahkannya ditempat. Ia tinggalkan begitu saja kecerobohannya dan pergi ke tempat meja pelanggan barunya.
                “Konnichiwa, nyonya. Ada yang bisa saya bantu?” sapa Ridho sopan sambil menunduk.
                “Nyonya? Sembarangan!” omel Natasha dan menutup tablet nya yang daritadi digunakannya sambil menunggu.


                “Aku tidak pernah berpikir Rizky akan cepat meninggalkan kita.” Ujar Mei memulai gosipnya. Teman-teman sekampus Rizky itu sedang nongkrong di kafe remaja yang menjadi tempat favorit mereka.
Khairul hanya mengangkat bahu.
                “Lagi pula, penyebab dan pelakunya juga belum diketahui.” Jawab Adis sambil melototi layar laptop nya yang menampilkan berita tersebut.
                “Sudahlah. Nanti juga polisi bisa mengetahuinya.” Ucap Laksmi menikmati eskrim nya.
                Daffa dan Ivan hanya sibuk pada makanannya sendiri. Mereka Tidak suka ikut gossip teman-temannya yang selalu memikirkan kasus-kasus yang menurut mereka tidak penting.
                Rana mengeluh, “Padahal Ia lumayan ya. Sayang sekali….”
                “Heh!” protes Adis. “Dia juga punya pacar rupanya. Katanya, Ditempat kejadian, pacarnya terus menangis dan tidak bisa tenang.” Adis memberikan informasi penting yang membuat mereka tersentak. Matanya tetap melotot pada laptopnya.
                “Apa?!” Rana kaget setengah mati. “Dia tidak pernah cerita!”
                “Memang akhir-akhir ini Rizky berbeda dari biasanya.” Ujar Khairul angkat bicara. Ia adalah teman curhatnya Rizky.
                “Aku ikut berduka… 3 hari yang lalu kita masih bersama-sama disini…” Fhara menunduk mengenang masa lalu.
                Rana menoleh kearah luar kafe, “Ah adikku sudah menjemput. Sudah ya. Bye!” pamitnya dan pergi keluar kafe menemui adiknya, Rania.

Bel sekolah itu berbunyi dengan kencangnya. Gadis kecil yang dipanggil Adila berjalan dilapangan sekolah sambil menunduk. Ia melangkah lambat dan dengan tidak sadar bahunya ditepuk oleh seseorang. “Hai! Melamun saja!”
                “Ah… Veren.” Jawabnya singkat.
                “Aku tahu kamu masih sedih atas meninggalnya kakakmu. Kami akan main kerumahmu. Bolehkan?” ujar Veren dengan senang.
                “Kami?” Tanya Adila heran.
                Veren menunjuk gerombolan temannya yang wajahnya sangat dikenal Adila. Adila mengeluh menatap wajah teman-temannya yang sangat ribut dan tidak bisa diam. Mereka adalah, Nissa, Andi, Rania, Rifi, Yumna, Salma, Jeje dan Nabila. Mereka ber-enam malah menyengir tanpa dosa. Adila tidak pernah berhenti menggerutu dalam dirinya.

                Fani menekan bel yang terpasang di dinding rumah yang Ia kunjungi. Sambil menunggu, Ia tiada henti-hentinya menelpon pemilik rumah tersebut dengan ponselnya. Sekitar 20 menit Ia menunggu diluar, keluarlah seorang wanita berkacamata dengan wajah senyum polosnya. Ia bisa melihat wajah Fani yang memancarkan… seperti api… kemarahan.
                “Maaf ya membuat kakak menunggu lama.” Katanya dengan senyum polos seraya membukakan pintu pagar yang membatasi mereka.
                “Tidak apa-apa. Aku sudah biasa diperlakukan seperti ini oleh-mu.” Jawab Fani dan langsung membuka sepatu hak-nya, lalu masuk kedalam mengikuti wanita itu—Anggi.
                Fani duduk di ruang tamu sampai akhirnya Anggi menyuruhnya untuk masuk kekamar mendiang kakaknya, Rizky. “Ia seperti meninggalkan sesuatu untukmu.”
                Fani tersentak. “Apa maksudmu?”
                “Entahlah.”
Tiba-tiba Anggi mendengar suara bel dan keramaian di halam rumahnya. Segera Ia pamit pada Fani dan menuju teras rumahnya. Didapatinya Adila, adik kandungnya dan teman-temannya yang banyak jumlahnya. Adila menyengir setelah mendapati kakaknya terbengong melihat Ia dan kawan-kawannya. Dengan nada bergetar Anggi menyapa, “Kalian sudah pulang sekolah ya…?”

                Malam itu, Natasha berencana untuk pulang kerumah temannya, Diana. Dia dan pelayan ataupun sopirnya dan juga temannya—Jean, segera menuju rumah Diana dengan cepat. Sesampainya disana, Ia dapati ramai nya suara tertawa didalam rumah tersebut. Tanpa mengetuk, Natasha masuk kedalam.
                Seorang lelaki yang memegang biji mahyong sambil terlihat sedikit mabuk menyapa Natasha, “Hai cantik! Sudah pulang ya?”
                “Jangan bodoh, Joseph! Kenapa kau mabuk?!” Natasha mengomel. Ia benci orang yang mabuk. Dan lagi, teman-temannya malah melakukan judi mahyong dirumah Diana.
                Diana, pemilik rumah berkata, “Hari ini sepertinya aka nada rencana baru. Makanya kami semua berkumpul disini.”
                Natasha memandang teman-temannya. Aldy, seorang lelaki muda menggeram sambil melempar biji mahyong, tampaknya dia kalah bertaruh. Diliriknya lagi seorang wanita yang tertawa bahagia melihat tingkah Aldy, sepertinya Nanda memenangkan judi ini. Ariq, seorang lelaki pendek meneguk arak nya karna kalah bermain.
                “Hei aku juga mau ikutan dong!” tukas Jean dan duduk disamping Diana.
                “Kau telat!” jawab Nanda cepat. “Akulah yang menang! Hahaha!”
                Mereka terus tertawa menikmati kebersamaan mereka sampai, “TADAIMA!” sebuah suara memekakkan telinga seisi rumah. Seorang lelaki muda dengan laptop nya yang terbuka segera masuk kedalam rumah.
                “Ridho bodoh! Mengagetkan saja!” omel Diana sambil melepar kaleng jus dan tepat mengenai wajah Ridho.
                Ridho menyingkirkan kaleng jus yang terjatuh dan berkata “Akhirnya pesan ‘Dia’ datang!” lalu  meletakkan laptop nya diatas meja yang teman-temannya lakukan untuk berjudi. Ia sibuk menghubungkan internet dan menghubungi ‘Dia’
                “Huh! Dia selalu saja bikin repot.” Keluh Ariq membuang muka.
                “Heh, jujur saja. Kau menikmatinya kan?” goda Nanda pada Ariq.
                Aldy ikut menyambar dengan tertawa nya yang tidak enak didengar, “Aku juga suka pekerjaan itu! Baiklah, untuk soal sepeti ini, serahkan padaku!”
                Natasha yang panas mendengar hal itu malah mengomel, “Kapan sih kasus ini akan segera berakhir?!”
                “Kalau begitu, mari kita selesaikan kasus ini.” Jawab suara yang muncur dari Laptop yang sudah disiapkan oleh Ridho.
               

                “Tadaima…” Khairul membuka pintu rumahnya dan mendapati rumahnya kosong. mungkin sudah tidur, pikirnya. Ia meletakkan tas nya diatas meja makan dam mulai melahap makan malamnya yang sudah disiapkan adiknya.
                Seusai makan, Ia membuka pintu kamar adiknya dan mengintip kedalam, “Sudah tidur ya?”
                Dan ternyata memang tidak dijawab.
Ia segera melepas pakaiannya dan memendamkan dirinya di bath-up yang sudah terisi air hangat. Entah siapa yang mengisi nya, Ia tidak peduli. Seusai mandi, Ia melirik jam. Sudah menunjukkan pukul 11 malam.
                Ia masuk kedalam kamar tidur adik satu-satunya dan mecium kening adiknya, “Selamat tidur. Maaf ya kakak terlambat pulang dan tidak menghubungimu.” Ucapnya sambil mengusap rambut adik kesanyangannya.
                Kemudian Ia pergi kekamarnya, dan mulai merebahkan dirinya diatas lasur yang empuk.

Pukul 1 malam, 6 orang yang terdiri dari 4 pria dan 2 wanita menyelinap masuk kedalam rumah Khairul.

Naomi bangun dari tidurnya karna bermimpi buruk. Firasatnya tidak enak dan Ia beranjak keluar kamar. Ia pergi ke dapur dan menuang air minum ke gelas nya. Ia duduk dikursi ruang makan dan  meneguk air mineralnya. Ia melirik jam dinding, pukul 2 malam.
Terpikir olehnya. Kakaknya, Khairul, belum bertemu dengannya malam ini. Ia beranjak kekamar kakaknya yang letaknya tidak jauh dari kamarnya. Sebelum membuka pintu, Ia mengetuk pintu. Tak ada yang menjawab. Tentu saja. Kakaknya kan sedang tidur.
Ia membuka pintu kamar kakaknya dan masuk kedalamnya. Sunyi. Ia masuk dan menginjak genangan air diatas lantai. “Dasar kakak. Ada yang tumpah kok dibiarkan saja!” gerutu nya dalam hati dan melangkah menuju saklar lampu berada. “Kak…” katanya sambil menekan saklar lampu. Tiba-tiba Naomi terbengong mendapati apa yang ada diatas lantai. Sedetik kemudian, “KYAAAAAA…!!!!!!!”
Ia rubuh tak berdaya. Ia pandangi mayat kakaknya yang meninggal dengan mengenaskan. Darah yang menggenang diatas lantai perlahan bergerak kearahnya. Nafas Naomi tidak teratur. Tanpa Ia sadari, Ia terisak dalam sunyi.


“Apa boleh buat kan? Dia kan berhubungan dengan orang yang pertama kita bunuh.” Ujar Aldy dengan santai.
“Iya sih. Menurut ‘Dia’ yang sudah melakukan observasi dan pengamatan secara menyeluruh, pria bernama Khairul itu teman curhatnya Rizky. Dan dia menyimpan semua rahasia Rizky. Termasuk rahasia kita.” Ujar Natasha setuju.
“Hmp. Orang yang mengetahui rahasia kita memang sudah seharusnya dibungkam kan?” kata Nanda dingin.
“Seperti yang diharapkan dari pembunuh berdarah dingin~” Joseph menghampiri Nanda dengan genitnya.
Jean melempar-lempar biji mahyongnya, “Entah sudah berapa orang yang kita bungkam.” Ujarnya.
“Kau menyesal, eh?” Tanya Diana dengan nada menggoda.
Ridho baru saja keluar dari kamar mandi, “Setelah bekerja sampingan di restoran tadi, aku langsung bertugas lagi malam ini. Aku lelah sekali.” Keluhnya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Mandi malam-malam itu tidak baik lho!” tegur seorang wanita yang entah sejak kapan ada dibelakang Ridho.
“Isabel? Kau sejak kapan ada disini?” Tanya Nanda yang baru melihat Isabel setelah ‘bertugas’.
“Aku hanya mampir.” Jawab Isabel singkat. “Jadi siapa saja tadi yang kerumah pria itu?”
“Aku, Aldy, Joseph, Ridho, Nanda dan Diana.” Jawab Ariq sambil menunjuk orang-orang yang disebutkannya.
Jean angkat bicara, “Kenapa sesadis itu sih? Kan tembak kepalanya saja sudah cukup.”
“Dia tidak mau bicara. Jadi kami siksa dulu.” Jawab Nanda datar.
“Yah… Intinya, para penganggu sudah kita usir. Dan kita tunggu berita besok. ” Ujar Natasha meluruskan kakinya diatas sofa yang empuk. Lalu mereka semua bersulang atas keberhasilan mereka.


Pagi itu, rumah Khairul dikerumuni polisi dan teman-temannya. Naomi yang terisak didalam rumahnya ditenangkan oleh teman-temannya.
“Sabar ya…” ujar Leon, teman satu ekskul nya.
“Kami akan selalu bersamamu kok. Kamu tidak akan sendiri…” ujar Fitri perhatian dan mengusap rambut Naomi.
“Sabar ya nak, kami semua disini ada untukmu…” ujar Bu Yura, guru Naomi yang juga ada disana untuk melayat.
“Tabah ya…” Waldina memeluk Naomi dengan erat.
Seorang polisi menghampiri senior nya dan berkata, “Tidak ditemukannya jejak apapun, Sir!”
“Tidak mungkin!” jawab Inspektur Mitsu dengan sedikit berteriak. “Lakukan dengan teliti!” perintahnya lagi pada anak buahnya, Siddhi.
Teman-teman Khairul, yang selalu berada didekatnya untuk bergosip, kali ini menangis didepan jasad sahabatnya. Mereka adalah, Mei, Adis, Laksmi, Daffa, Ivan, Rana, dan Fhara.

Setelah 15 tahun kedepan, kedua kasus itu resmi ditutup. Dan tidak pernah diketahui siapa pelaku dan apa penyebabnya. Polisi pun tidak mampu mengungkapnya, sampai sejauh ini.


#PENTING
Sebenernya, orang yang ditampilkan di laptop itu.... saya...
#ternyataAuthornyaJugaMauIkutanjadiTokohDisini...