Monday 22 October 2012

Part 8

        “Daffa bukanlah orang seperti itu!!” Tave menggebrak meja dan segera bangkit. Ia melangkah meninggalkan meja tempat mereka minum kopi.
        “He-hei….” Nuka ingin menghentikan konflik diantara mereka yang berada dihadapannya.
        gossip ya…” tanggap Jean dengan raut wajah malas. Ia berdiri dan melangkah mengikuti Tave.
        Tave mendorong pintu kafe dan berdiri diambang pintu nya. Ia melirik sinis Mei, “Bangun dan lihat lah kenyataan. Dia menunggumu.”

        Mei menatap sayu mereka bertiga yang keluar dari kafe. Mei tahu Ia marah. Namun, dirinya tetap tegar. Ia ingin tahu, kenapa mereka bertiga membela Daffa. Bukan dirinya.
        “Sudahlah. Tak usah dipirkan. Biar saja mereka seperti itu.” Rizky menenangkan Mei sambil meneguk kopi nya.

Menunggu…
Indah…
Mimpi…
Sadarlah…
…Disini….
Pikiran Mei mulai kacau. Matanya berkunang-kunang. Ia menahan kepala dengan telapak tangannya. Pengelihatannya mulai buram. Ia seperti terjatuh dalam kegelapan.

Ia mendengar isakan tangis di sisinya. Suara lirih seseorang yang sangat Ia kenal. Ia terus mendengarkan suara itu. Baying-bayang menyelimuti diirnya. Ia taktahu dirinya ada dimana. Ingatan nya menuju kearah cahaya yang mengeluarkan suara.


        “Kenapa kau marah-marah?” Tanya Nuka antusias.
        “Tak apa-apa.” Jawab Tave datar.
        “Memang sebaiknya aku tak ikut acara seperti ini. Gossip memalukan. Kau diperhatikan para tamukafe tadi tahu.” Jean angkat bicara.
Tave hanya mengangguk polos. Seolah tak ada kesalahan yang Ia lakukan.
“Kalian tahu, semua ini akan segera berakhir.”


“MEI!!”
Teriakan Rizky menyadarkan Mei. Mei segera sadar. “Aku ingin pulang. Ayo antarkan aku.”
       
Rizky tahu benar kondisi Mei. Ia segera membantu Mei yang sudah sangat lemas untuk berjalan dan masuk kedalam mobilnya. Ia segera menuju rumah sepupu Mei.


“Terimakasih.” Ucap Mei dengan lemas lalu Ia masuk kedalam rumahnya. Ia telah sampai dirumah. Tak ada suara pun yang bisa menyadarkan Mei dari pikirannya yang membayang. Ia merasa demam.
Ia baringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Ia segera beristirahat. Diusapnya keringat yang membasahi kepalanya. Tubuhnya menghangat.
Ia mulai bisa mendengar suara-suara yang sangat Ia kenal. Suara-suara yang sangat menyentuh hatinya. Suara yang bisa membuat Ia mersa nyaman.

Mimpi  indahkah?
Atau buruk?
Kalau indah, cepatlah bangun dan ceritakan padaku.
Dan kalau buruk, kuharap kamu bisa segera bangun dan jangan ceritakan mimpi itu pada siapapun.
Apa yang terjadi di mimpimu selama ini?
Kuharap aku muncul di mimpimu.
Aku menunggumu, kau tahu?
Bangunlah…
Sadarlah Mei… sebelum waktunya habis….
Oh iya, ada satu hal yang tidak akan pernah kulupakan saat bersamamu. Kuharap kamu bisa mendengarkanku.
Aku ingin bercerita banyak padamu. Aku ingin menghabiskan waktuku untukmu disini.
Baiklah, pembukaanya terlalu panjang ya> mari ku mulai.
Kau ingatkan, saat kita ke Disney land?
Itu merupakan pengalaman yang terindah saat kita bersama. Ya walaupun biaya saat itu masih dibayarkan orang tuaku. Tapi suatu saat, aku janji. Aku akan menggunakan uangku, untuk bisa berjalan bersamamu sesudah kita menikah nanti.
Sebenarnya, aku ingin bercerita lebih banyak lagi.
Tapi kau tahu kan?  Aku orang yang sulit bercurhat ria.
Tapi kugunakan waktuku untuk bercerita padamu.
Kumohon, dengarkanlah ceritaku.
Anggukkanlah kepalamu atau gerakkanlah jarimu jika kau mendengarkanku.
Aku tahu ini situasi sulit.
Tapi percayalah. Kau pasti akan bangun dari mimpimu.
Kau akan kembali padaku.
Dan untuk itu…
Bangunlah…. Mei….


Isakan dari suara yang Ia dengar mulai jelas. Dahinya mulai basah. Apa yang terjadi…
Suara milik siapakah itu….


2 comments: