Ruangan itu terasa sunyi. Tidak ada
derapan langkah kaki. Yang ada hanya suara hembusan nafas yang kencang. Wanita itu
duduk diatas bangku reot sambil berpangku tangan. Ditelinganya terpasang
earphone yang sedang menyala, ntah lagu apa yang Ia putar. Sesekali air mata
nya jatuh menetes di pipinya.
Mei Vita menghembuskan nafas nya
sekali lagi. Ia sangat kecewa saat ini. Ia baru saja dicampakkan oleh
tunangannya. Ia merasa dendam sekali. Apa daya, tak ada yang bisa Ia lakukan
untuk membalas dendam. Ia hanya bisa meratapi kesedihannya. Berkali-kali Ia
berusaha melupakannya, berkali-kali pula Ia selalu teringat padanya.
‘Cklek’ suara pintu dibuka. Seorang lelaki
yang lebih muda darinya masuk kedalam ruangan. Ia menghampiri Mei yang sedang
patah hati, “Ayo pulang kak. Sudah waktunya tidur malam.”
Mei tersentak.
Ia lalu menoleh jam dinding, sudah pukul 11 malam. Ia merasa dirinya terlalu
berlebihan karena terlalu lama berada didalam ruangan kosong ini. “Baiklah, aku lupa. Maaf ya.”
Ivan, sepupu Mei hanya bisa mengangguk
pelan. Tentu saja Ia mengerti situasi kakak sepupu nya yang satu ini. Karna, Ia
dekat dengan mantan tunangan Mei. Mantan
tungangan Mei adalah senior nya Ivan.
Daffa Kresnanda menyesap kopi panas
nya. Mata nya terpana pada sebuah Laptop yang menampilkan gambar dari Pacarnya.
Sesekali Ia tersenyum puas. Ia mengetik sesuatu dan dengan cepat mengirimnya
pada pacar nya.
“Kudengar Mei terlalu tertekan. Tak adakah
yang bisa kau lakukan? Kau tega sekali padanya.” Ujar Rizky Tukuboya, teman
se-kosan Daffa.
“Biar saja. Salah dia sendiri.” Ketus
Daffa tetap memperhatikan laptop nya.
“Yasudahlah, biar besok aku yang
akan menemuinya.”
Daffa melirik Rizky sinis, “Apa yang
akan kau lakukan?”
Sudah pukul 3malam. Mei tetap tidak bisa tidur. Dalam hatinya
selalu saja memikirkan kenangan indah dengan Daffa. Padahal mereka akan
menikah, tetapi Daffa dengan mudahnya mencampakkan dirinya.
Mei tidur berdua dengan adik sepupunya, Ivan. Karna sekarang
Mei sedang bekerja disebuah proyek besar dan bertempat didekat rumah Ivan. Ivan
juga tinggal sendiri karna orang tua nya yang bekerja diluar negri. Rumah yang
mereka tempati kecil dan hanya ada satu kamar. Itulah sebabnya mereka tidur
berdua, namun beda kasur.
“Kak Mei belum tidur ya?” suara Ivan memecah keheningan.
“Ah tidak. Aku hanya terbangun.” Ujar Mei bohong.
“Tidurlah kak, tak baik untuk kesehatanmu.”
Mei tertegun. Adik sepupunya selama ini selalu perhatian
padanya. Entah apa yang bisa Ia lakukan untuk adik sepupunya ini.
Tak lama kemudian, Ivan tertidur. Namun, Mei masih terjaga.
“BANGUN!!! SUDAH JAM BERAPA INI?!”
Ivan langsung melompat dari tempat tidurnya. Ia tahu benar
siapa yang mengatakan hal itu. Padahal ini hari minggu, Ivan ingin tidur
sepuasnya.
“Ba-baik, bang!”
Laksmayutata adalah tetangga Ivan yang bertugas sebagai abang
untuk Ivan. Ia tinggal disebelah rumah Ivan.
“Dimana Mei?” Tanya Abang.
“Ga tau…” jawab Ivan dengan lesu. Wajar saja, Ia baru bangun
tidur.
Mei menaiki lift Apartmen tempat temannya tinggal. Ia naik ke
lantai 100. Ia naik ke atap Apartmen. Dirinya hanya bisa menatap kosong. Ia tak
punya tujuan apapun.
TING!
Ia sampai di atap. Angin berhembus kencang sekali. Ia terus
berjalan dengan tatapan kosong. Sampailah Ia ke tepi atap. Ia menatap
kebawahnya. Ketinggian atap yang sulit diungkapkan oleh kata-kata dan Ia berada
diatasnya. Ia menangis tersedu-sedu. Ia membatin, selamat tinggal daffa, sampai mati-pun, aku tetap mencintaimu…
Ia melepas seluruh tenanganya dan mulai melompat. Ia sudah
tidak merasakan apapun. Ia sudah merasa dirinya melayang. Ia telah menutup
matanya.
Namun,
Waktu seperti berhenti. Gerakannya merasa terhenti. Ia membuka
matanya. Seseorang menarik tangannya….
Siapa gerangan?
To be continue~
ngakak campur terharu bacanya tan (--,)
ReplyDeletekeren idenya..
lanjuuutt..buruan penasaran nih
Lanjuuuuuuut ~(\ ‾o‾)/
ReplyDeletearigatooooooo
ReplyDeleteudah ada part 2 nya tuh ( '-')/
#BlogHunter numpang lewat ._.
ReplyDeleteoiya Nuka! Ntar ente muncul di part 3 aja ya (--,)
ReplyDelete