Ada banyak alasan kenapa
kita kecewa. Penolakan, pengabaian, penantian, serta berbagai macam hal yang
menyangkut kegelisahan hati. Barangkali yang ditunggu tak kunjung singgah, atau
usaha maksimal belum juga menelurkan hasil.
Ada banyak perantara yang
membuat kita kecewa; tulisan-tulisan yang tidak sengaja kita baca saat scroll
timeline sosial media, ucapan kawan yang membuat hati resah, atau pesan pribadi
yang belum juga direspon doi.
Banyak hal mampu
mengantarkan kita pada kekecewaan. Barangkali karena kita tidak menaruh harap
kepada Yang Maha Memberi dan Mengabulkan. Mungkin tanpa sadar kita kita sudah
berharap pada manusia, sehingga tiap kali meleset, kecewanya amat berat sangat.
Padahal kita tahu manusia sangat berbatas; banyak kurangnya dan seirngkali
khilaf.
Tapi refleks kita kadang
kali berkhianat. Meski kita paham perihnya berharap kepada selain Allah, kita
(kadang kali) tetap melakukannya. Antara terbius—atau merasa bahagia. Bahkan sampai
sepenuhnya memercayakan pengharapan pada yang dicinta. Namun kita tahu ini yang
terbaik. Segala yang terjadi dan akan terjadi adalah kebaikan.
Sebab dengan rasa sakit itu
kita lagi-lagi diajarkan tentang luka pengharapan. Bahwa salah besar jika
melabuhkan harapan pada manusia—tidak peduli seberapa besar cintanya—pada akhirnya
(lagi-lagi) sesak dada yang diterima.
Membatasi diri itu perlu
(di beberapa situasi), namun jangan sampai kehilangan harap. Kita bangun karena
harapan, bangkit dan berjuang karena berharap, berjumpa karena mengharap, dan tidur
lagi juga karena memiliki harapan—untuk esok yang baik. Tapi pastikan
harapannya tertuju kepada Yang Maha Memberi Nikmat Mengharap.
Allah dulu, Allah lagi, Allah terus!
.
Ciao! XOXO
.
referensi :
.“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” [QS. 94:8]
Bekasi, 26 November 2016
No comments:
Post a Comment