“Daffa bukanlah
orang seperti itu!!” Tave menggebrak meja dan segera bangkit. Ia melangkah
meninggalkan meja tempat mereka minum kopi.
“He-hei….” Nuka
ingin menghentikan konflik diantara mereka yang berada dihadapannya.
“gossip ya…” tanggap Jean dengan raut
wajah malas. Ia berdiri dan melangkah mengikuti Tave.
Tave mendorong
pintu kafe dan berdiri diambang pintu nya. Ia melirik sinis Mei, “Bangun dan
lihat lah kenyataan. Dia menunggumu.”
Mei menatap
sayu mereka bertiga yang keluar dari kafe. Mei tahu Ia marah. Namun, dirinya
tetap tegar. Ia ingin tahu, kenapa mereka bertiga membela Daffa. Bukan dirinya.
“Sudahlah.
Tak usah dipirkan. Biar saja mereka seperti itu.” Rizky menenangkan Mei sambil
meneguk kopi nya.
Menunggu…
Indah…
Mimpi…
Sadarlah…
…Disini….
Pikiran Mei mulai kacau. Matanya berkunang-kunang.
Ia menahan kepala dengan telapak tangannya. Pengelihatannya mulai buram. Ia seperti
terjatuh dalam kegelapan.
Ia mendengar isakan tangis di sisinya. Suara lirih
seseorang yang sangat Ia kenal. Ia terus mendengarkan suara itu. Baying-bayang
menyelimuti diirnya. Ia taktahu dirinya ada dimana. Ingatan nya menuju kearah
cahaya yang mengeluarkan suara.
“Kenapa
kau marah-marah?” Tanya Nuka antusias.
“Tak
apa-apa.” Jawab Tave datar.
“Memang
sebaiknya aku tak ikut acara seperti ini. Gossip memalukan. Kau diperhatikan
para tamukafe tadi tahu.” Jean angkat bicara.
Tave hanya mengangguk
polos. Seolah tak ada kesalahan yang Ia lakukan.
“Kalian tahu, semua ini
akan segera berakhir.”
“MEI!!”
Teriakan Rizky menyadarkan
Mei. Mei segera sadar. “Aku ingin pulang. Ayo antarkan aku.”
Rizky tahu benar kondisi
Mei. Ia segera membantu Mei yang sudah sangat lemas untuk berjalan dan masuk
kedalam mobilnya. Ia segera menuju rumah sepupu Mei.
“Terimakasih.” Ucap Mei
dengan lemas lalu Ia masuk kedalam rumahnya. Ia telah sampai dirumah. Tak ada
suara pun yang bisa menyadarkan Mei dari pikirannya yang membayang. Ia merasa demam.
Ia baringkan tubuhnya
diatas tempat tidur. Ia segera beristirahat. Diusapnya keringat yang membasahi
kepalanya. Tubuhnya menghangat.
Ia mulai bisa mendengar
suara-suara yang sangat Ia kenal. Suara-suara yang sangat menyentuh hatinya. Suara
yang bisa membuat Ia mersa nyaman.
Mimpi indahkah?
Atau buruk?
Kalau indah, cepatlah bangun dan ceritakan padaku.
Dan kalau buruk, kuharap kamu bisa segera bangun dan jangan
ceritakan mimpi itu pada siapapun.
Apa yang terjadi di mimpimu selama ini?
Kuharap aku muncul di mimpimu.
Aku menunggumu, kau tahu?
Bangunlah…
Sadarlah Mei… sebelum waktunya habis….
Oh iya, ada satu hal yang tidak akan pernah kulupakan saat
bersamamu. Kuharap kamu bisa mendengarkanku.
Aku ingin bercerita banyak padamu. Aku ingin menghabiskan
waktuku untukmu disini.
Baiklah, pembukaanya terlalu panjang ya> mari ku mulai.
Kau ingatkan, saat kita ke Disney land?
Itu merupakan pengalaman yang terindah saat kita bersama. Ya walaupun
biaya saat itu masih dibayarkan orang tuaku. Tapi suatu saat, aku janji. Aku akan
menggunakan uangku, untuk bisa berjalan bersamamu sesudah kita menikah nanti.
Sebenarnya, aku ingin bercerita lebih banyak lagi.
Tapi kau tahu kan? Aku orang
yang sulit bercurhat ria.
Tapi kugunakan waktuku untuk bercerita padamu.
Kumohon, dengarkanlah ceritaku.
Anggukkanlah kepalamu atau gerakkanlah jarimu jika kau
mendengarkanku.
Aku tahu ini situasi sulit.
Tapi percayalah. Kau pasti akan bangun dari mimpimu.
Kau akan kembali padaku.
Dan untuk itu…
Bangunlah…. Mei….
Isakan dari suara yang Ia
dengar mulai jelas. Dahinya mulai basah. Apa yang terjadi…
Suara milik siapakah itu….
itu siapa yang nangis? ( ._.)a
ReplyDeletesiapa ya~ dikasi tau ko di endingnya~
Delete